Penanganan Dan Pengolahan Jahe Pasca Panen - Penanganan bahan setelah dipanen begitu juga rimpang jahe, perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap
kualitas produk hasil pengolahan. Teknik penanganan bahan baku pada umumnya terdiri
dari sortasi, pencucian, pengeringan/penirisan, sortasi/grading, pengemasan,
pelabelan dan penyimpanan. Sebelum dijual dalam bentuk segar maupun setelah
diolah lebih lanjut.
Rimpang jahe dapat diolah menjadi berbagai jenis produk
antara lain : simplisia, serbuk, oleoresin, minyak atsiri dan ekstrak kering.
Semua jenis produk tersebut bermanfaat untuk menunjang industri obat
tradisional, farmasi, kosmetik, makanan dan minuman. Penanganan dan pengolahan
rimpang jahe bertujuan untuk meminimalkan kerusakan hasil panen, memaksimalkan
mutu hasil pengolahan serta meningkatkan nilai ekonomi rimpang jahe.
Pengananan Rimpang Jahe Pasca Panen
1. Sortasi Rimpang Jahe Segar
Rimpang jahe segar yang baru saja dipanen secepatnya
dilakukan penyortiran supaya mutunya tetap terjaga. Tanah/kotoran, gulma yang
menempel pada rimpang langsung dibersihkan. Demikian juga bahan yang busuk
dengan yang sehat harus segera dipisahkan. Tujuan sortasi adalah untuk mengurangi
jumlah kotoran yang ikut terbawa dalam rimpang jahe, mencegah kerusakan permukaan
kulit serta mempermudah pencucian.
2. Pencucian Rimpang Jahe
Pencucian terhadap rimpang Jahe segera dilakukan setelah
selesai penyortiran, dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan
yang dapat mempengaruhi mutu rimpang. Sumber air untuk mencuci rimpang
diharapkan berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai
tidak dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli
ataupun patogen.
Cara pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan
bertekanan tinggi dan dibantu dengan sikat yang terbuat dari plastik. Rimpang
jahe dapat juga dicuci/dibersihkan dengan menggunakan alat pembersih rimpang
jahe.
3. Penirisan/pengeringan
Rimpang yang sudah dicuci bersih kemudian ditiriskan menggunakan
rak pengering dan ditempatkan dalam lapisan yang tipis. Alat pengering yang
digunakan terbuat dari kawat yang berlubang untuk mempermudah sirkulasi udara,
rimpang dibolak-balik secara periodik untuk memastikan keseragaman pengeringan
serta mencegah fermentasi . Rak pengering harus bersih, tidak berkarat dan
tidak bereaksi dengan rimpang yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang
terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan cukup dengan cara
diangin-anginkan dan dilakukan sampai airnya tiris atau sekitar 4-6 hari.
4. Grading Rimpang Jahe
Rimpang yang telah dicuci bersih dan sudah ditiriskan
dipisahkan sesuai dengan ukuran atau grade serta tujuan penggunaan. Untuk
dipasarkan grading disesuaikan dengan mutu/kualitas permintaan atau standar
perdagangan. Jenis jahe yang paling banyak dibutuhkan untuk pasaran dunia
adalah jahe gajah.
Jepang memberikan persyaratan berat ± 150 g/rimpang,
Perancis ± 300 g/rimpang dan Arab ± 120 g/rimpang.
Sedangkan berdasarkan
standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar kategorinya adalah sebagai
berikut:
a. Mutu I: bobot 250 g/rimpang, kulit tidak
terkelupas, tidak terdapat benda asing dan pengotor dan tidak berjamur
b. Mutu II:
bobot 150-249 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing
dan tidak berjamur
c. Mutu III: bobot bobot dibawah 150 g/rimpang atau
sesuai hasil analisi, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum
35 dan kapang maksimum 10%
5. Pengemasan Rimpang Jahe
Bahan baku yang kering dan sudah disortir sesuai mutu grade
dapat dikemas dengan menggunakan jala plastik ataupun peti yang terbuat dari
kayu yang dilapisi dengan kertas ataupun kemasan sesuai dengan kesepakatan
eksportir/pembeli. Hal ini untuk menjaga kerusakan baik selama pengangkutan
kepasar ataupun selama penyimpanan.
6. Penyimpanan Rimpang Jahe Segar
Rimpang sudah dikemas dapat disimpan sebelum diolah lebih
lanjut. Ruang tempat penyimpanan harus bersih bila perlu dilakukan fumigasi
terlebih dahulu untuk membasmi hama/ serangga perusak rimpang. Selain itu
sirkulasi udara melaui ventilasi cukup baik, kelembaban udara rendah (65%),
cahaya cukup (suhu gudang penyimpanan maksimal 30ºC) dan tidak bocor.
Pengolahan Rimpang Jahe
Sebelum di gunakan pada industri makanan ataupun farmasi rimpang jahe dapat di olah menjadi beberapa olahan, dengan tujuan untuk mempertahankan mutu sewaktu dalam penyimpanan jangka panjang. Beberapa olahan rimpang jahe yaitu antara lain :
1. Simplisia Rimpang Jahe
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai bahan
baku obat yang belum mengalami pengolahan tetapi sudah dikeringkan (Ditjen POM
1982). Jenis olahan tersebut merupakan bentuk produk yang paling banyak
digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisonal. Rimpang jahe dapat
diolah menjadi bentuk simplisia yaitu dengan cara merajangnya terlebih dahulu
kemudian dikeringkan. Mutu/kualitas simplisia dipengaruhi oleh teknik
perajangan, ketebalan perajangan dan teknik penjemuran.
Untuk mempercepat proses pengeringan rimpang jahe perlu
diperkecil ukurannya yaitu dengan merajang secara split (membujur). Rimpang
jahe mengandung banyak serat sehingga untuk mengurangi terputusnya serat-serat
yang didalamnya terdapat minyak atsiri, perajangan dilakukan dengan cara split
dengan ketebalan 4-5 mm.
Perajangan dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu
menggunakan pisau stainless. Perajangan secara tradisional menghasilkan
ketebalan irisan tidak seragam, dan kapasitasnya rata-rata 5 kg jahe
iris/hari/orang. Selain itu, perajangan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
alat perajang tipe engkol untuk meningkatkan efesiensi kerja perajangan,
ketebalan irisan seragam, kapasitas kerja lebih besar dan mutu hasil olahan
memenuhi standart.
Setelah dirajang bahan langsung dikeringkan untuk mencegah
tumbuhnya jamur atau kontaminasi. Penjemuran dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu tradisional dan buatan. Secara tradisional yaitu langsung dijemur di
panas matahari diatas tampah ataupun para-para yang ditutupi dengan kain hitam.
Tempat penjemuran tidak boleh mengenai tanah minimal jaraknya ± 4 cm dari
permukaan tanah. Sedangkan pengering buatan dapat menggunakan alat seperti
kabinet pengering, oven, dan blower.
Pengeringan jahe memanfaatkan sinar matahari yang ditutup
kain hitam menghasilkan kadar minyak atsiri 2,8% dan dengan sinar matahari
tanpa ditutup kain hitam kadar minyaknya 2,39% . Melakukan pengeringan jahe
menggunakan alat blower berkapasitas 200-300 kg, dengan suhu maksimal 50º C, menghasilkan
kadar minyak atsiri sebesar 2,8% dan total fenolnya 3,79% dengan lama
pengeringan sekitar 8-10 jam.
2. Minyak Atsiri Jahe
Minyak atsiri terdiri atas campuran zat yang mudah menguap
dengan komposisi titik didih yang berbeda. Kadar minyak atsiri dipengaruhi oleh
teknik penyulingan dan kadar air dari bahan yang disuling. Minyak atsiri jahe
dapat diperoleh dengan cara menyuling simplisia jahe yang sudah diserbuk dengan
metode penyulingan uap air/kukus. Selain dalam bentuk simplisia, rimpang jahe
dalam bentuk segar juga dapat disuling tetapi sebelumnya rimpang dirajang atau
dihancurkan terlebih dahulu. Untuk jahe segar sebaiknya disuling dengan metode
uap langsung (tekanan 2,5 atm dalam ketel uap), dengan lama penyulingan antara
4-8 jam dan rendemen minyaknya 1,5-3,8%.
3. Bubuk Jahe
Bubuk jahe merupakan hasil pengolahan lanjutan dari
simplisia yang diperoleh melalui proses penepungan. Simplisia yang digunakan
sebagai bahan baku serbuk mengandung kadar air 8-10%. Ukuran serbuk disesuaikan
dengan kebutuhan/keperluan. Untuk bumbu masak, seperti bumbu kari ukuran
partikelnya 50-60 mesh, untuk kepentingan ekstraksi 40-60 mesh.
4. Oleoresin
Oleoresin merupakan hasil pengolahan lanjutan dari
bubuk/serbuk berupa campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dengan cara
ekstraksi. Pengertian dari ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang
terdapat dalam suatu bahan yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang
tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut.
Mutu ekstrak
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kehalusan bahan, jenis pelarut, konsentrasi
pelarut, perbandingan jumlah bahan dengan pelarut dan lama ekstraksi. Teknik
ekstraksi jahe yang optimal adalah menggunakan serbuk jahe berukuran 60 mesh,
lama ekstraksi 6 jam dihasilkan rendemen ekstrak kental/oleoresin ± 6 % dengan
kadar total fenol sebesar 9,08% .
Baca juga artikel :
Advertisement