Cara Mudah Budidaya Tanaman Jahe - Tanaman jahe sudah di kenal secara luas di masyarakat
baik pedesaan maupun perkotaan. Manfaat jahe sangat banyak antara lain banyak
di gunakan dalam industri makanan dan farmasi. Permintaan pasar rimpang jahe
sangat tinggi, untuk itu budidaya tanaman jahe menjadi peluang bisnis yang
sangat menjanjikan.
Kondisi Lingkungan Yang Cocok Untuk Tanaman Jahe
1. Iklim
- Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi,
yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
- Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe
memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat
yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
- Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe
antara 20-35 derajat C.
2. Media Tanam
- Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang
subur, gembur dan banyak mengandung humus.
- Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir,
liat berpasir dan tanah laterik.
- Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH)
sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah
6,8-7,0.
3. Ketinggian Tempat
- Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis
dengan ketinggian 0- 2.000 m dpl.
- Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian
200 - 600 m dpl.
Pembibitan Tanaman Jahe
1. Bibit Jahe yang baik
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat
mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik.
Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh
karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari
pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua
(berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit
rimpang tidak terluka atau lecet.
2. Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam,
bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu disemaikan.
Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
a. Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara
(tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang
tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan
dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke
dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat
pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan
kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut:
pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya
diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas
adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe
tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk
menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah
penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang
bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya
diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga
didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan
bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali
disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas.
Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit
hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki
3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
3. Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman
penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan
ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam,
barulah ditanam.
Pengolahan Tanah/Lahan
1. Persiapan Lahan
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang
lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau
remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4
minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati
terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum
juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3
minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis
1.500-2.500 kg.
3. Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan
sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan
anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4. Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar
unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan
tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi
media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium
sp.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang
sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu,
merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan
merangsang pembentukan biji.
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan
dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5
ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit
0.8 ton/ha.
Penanaman Bibit Jahe
1. Pola Tanam Tanaman Jahe
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah
tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan
produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur
kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian.
Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain
mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya
harga.
b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja
pemeliharaan tanaman.
c. Meningkatkan produktivitas lahan.
d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah
akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan
dengan sayursayuran,
seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan
lain-lain.
Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija,
seperti jagung, kacang
tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
2. Penanaman Bibit Tanaman Jahe
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka stelah tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
Waktu penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit
rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan
untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan
penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan
tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan
yang benar.
2. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma atau rumput liar dilakukan ketika tanaman jahe
berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada
kondisi rumput liar yang tumbuh, jika tidak ada rumput liar tidak perlu di lakukan penyiangan. Namun setelah jahe berumur 6-7bulan,
sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut
rimpangnya mulai besar.
3. Penggemburan Tanah
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan
air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu
tujuan penggemburan tanah atau pendangiran untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas
permukaan tanah.
Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul
tipis disekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan
berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali penggemburan tanah akan
berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk
menyalurkan kelebihan air. Setelah tanaman jahe berbentuk rumpun yang
terdiri atas 3-4 batang semu, pendangiran dapat dilakukan 2-3 kali selama
umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya
hujan.
4. Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan
kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik
yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan
lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian
pupuk kompos organik ini dilakukan dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang
ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat
juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman
sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman.Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2
– 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2
– 3 kg per tanaman.Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah
kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan dengan pupuk buatan
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe
perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk
dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua
digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20gram/pohon; TSP 10 gram/pohon;
dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O(112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan.
Pemupukan jugadilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan
K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada
awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman
berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di
sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
5. Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak
untuk pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan pada awal tanam sampai tumbuh dengan baik atau sekitar bulan pertaa setelah penanaman. Tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman
pada awal musim hujan sekitar bulan September dan sudah terjadi hujan maka tidak perlu disiram lagi.
6. Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari
saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan.
Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk
organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
Hama dan Penyakit pada Tanaman Jahe
1. Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
a.Kepik, menyerang daun tanaman hingga
berlubang-lubang.
b.Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe
hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
c.Kumbang.
2. Penyakit
a. Penyakit layu
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan
menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan
mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati
rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit
membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai
kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang
paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan
kondisi tanah yang terlalu lembab.
Pengendalian:
- karantina
tanaman jahe yang terkena penyakit;
- pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
- pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
- pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
- pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
b. Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui
lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus
berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala:
Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu
layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
- penggunaan
bibit yang sehat;
- penerapan
pola tanam yang baik;
- penggunaan
fungisida.
c. Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan
masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala:
Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm,
selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik
berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah.Tanaman yang terserang bisa
mati.
Pengendalian:
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit
bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.
3. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan
bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan
biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari
serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
a. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu
memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan
terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
b. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
c. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan
terhadap serangan hama dan penyakit.
d. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan
tenaga manusia.
e. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik
misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang,
serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
penyebaran hama dan penyakit potensial.
f. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami
yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan
tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini
hanya dalam keadaan darurat berdasarkan tingkat kerusakan ekonomi yang diperoleh
dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
a. Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung
nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi
untuk serangga kecil misalnya Aphids.
b. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang
mengandung piretrin syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi
pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
c. Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang
mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk
hembusan dan semprotan.
d. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang
mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini
terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti
hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk
menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
e. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya
mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida
dan larvasida.
f. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya
mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga
dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
Pemanenan Rimpang Jahe
1. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu
sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah
bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian
rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.Apabila jahe untuk dipasarkan maka
jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen
antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi
kuning dan batang semua mengering.
Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8
bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
2. Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati
menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe
terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang
dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau
daun pisang kira-kira selama 1 minggu.Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak
lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
3. Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan,
yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan
mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen
pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau
tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan
menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena
lebih banyak kadar airnya.
4. Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar
antara 15-25ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti
berkisar antara 10-15 ton/hektar.
Baca juga :
- Mengenal Jenis jenis dan Manfaat Tanaman Jahe
Baca juga :
- Mengenal Jenis jenis dan Manfaat Tanaman Jahe
Advertisement