Kisah Sukses Budiaya Cacing Tanah Lumbricus Rubellus - Tidak disangka bisnis dengan membudidayakan cacing tanah bisa menghasilkan omset 300 juta perbulan. Ya, bisnis binatang menjijikan, yang setiap orang tidak pernah berfikir bahwa cacing tanah dapat memberi keuntungan.
Inilah kisah sukses bisnis cacing tanah yang dilansir dari Kompas.com : Sejak menamatkan pendidikan sarjana di Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Adam sudah punya niat berwirausaha. Namun niat itu terkubur lantaran tak menemukan ide usaha. Adam pun memutuskan menjadi karyawan di sebuah pabrik kertas. Selama sepuluh tahun, Adam bekerja di PT Tjiwi Kimia, di Mojokerto, Jawa Timur.
Baca juga :
- Cara Budidaya Cacing Tanah Lumbricus Rubbellus
- Cara Mebuat Media Budidaya Cacing Tanah Lumbricus
- ManfaatCacing Tanah Lumbricus Rubbellus
Inilah kisah sukses bisnis cacing tanah yang dilansir dari Kompas.com : Sejak menamatkan pendidikan sarjana di Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Adam sudah punya niat berwirausaha. Namun niat itu terkubur lantaran tak menemukan ide usaha. Adam pun memutuskan menjadi karyawan di sebuah pabrik kertas. Selama sepuluh tahun, Adam bekerja di PT Tjiwi Kimia, di Mojokerto, Jawa Timur.
Baru pada 2010 dia
meninggalkan pekerjaan itu. “Menurut saya, kalau bekerja di perusahaan,
seseorang susah berkembang karena harus berhadapan dengan batasan dari sistem
perusahaan tersebut. Sementara di luar begitu banyak peluang yang menanti,”
ujar lelaki berusia 39 tahun ini.
Adam pun
memantapkan diri untuk memulai usaha sendiri. Ia kembali ke tanah kelahirannya,
Malang, Jawa Timur, pada awal 2010 dan memilih agribisnis dengan menggeluti
budidaya belut yang sedang ngetren kala itu. Adam menggelontorkan modal sebesar
Rp 20 juta, termasuk untuk membeli sekitar dua kuintal belut.
Namun, Adam tak
menyangka, banyak kendala dalam beternak belut. Sejak awal, ia sering mendapati
belut-belut itu mati. “Pokoknya, sulit sekali bagi saya untuk membudidayakan
belut sehingga hanya enam bulan saya beternak belut,” kata dia. Padahal Adam
sudah ikut berbagai seminar mengenai pembiakan belut.
Yang tersisa
hanyalah pakan belut, yakni cacing tanah sebanyak empat kilogram. Dia
mengamati, ketika semua belutnya mati, cacing-cacing itu tetap bertahan,
bahkan, berkembang. Dari situlah Adam mendapat ide untuk membudidayakan cacing
yang memiliki nama latin Lumbricus rubellus.
Tepatnya, pada
Agustus 2010, Adam mulai membiakkan cacing tanah. Sebelumnya, dia mempelajari
seluk-beluk budidaya cacing tanah. Selain membaca buku, Adam juga belajar
secara autodidak dengan praktik langsung di lapangan.
Dengan modal Rp
200.000, ayah seorang anak ini membeli indukan cacing. Selanjutnya, untuk
media, dia membeli kotak kayu ukuran 40 cm x 50 cm yang ditumpuk hingga 12
tingkat. Jadi, Adam tak perlu lahan yang terlalu luas.
Adam tak perlu
membeli makanan cacing. Cacing bisa diberi makan dari limbah rumahtangga maupun
limbah pasar. Ia mengolah limbah dari para tetangganya untuk dijadikan pakan
cacing. “Cara membudidayakan cacing memang sangat mudah. Makanya saya tertarik
dan tak pernah berpikir untuk berhenti sampai sekarang,” tutur dia.
Bapak cacing
Adam mengaku,
ketika mulai merintis budidaya cacing, dia belum mendapatkan pasar sama sekali.
Hingga pada akhir 2010, dia mendapat titik terang. Seorang pemilik tempat
pemancingan mendatangi peternakannya untuk memesan cacing.
Dulu, Rumah Cacing,
nama peternakan cacing milik Adam, hanya bisa memproduksi lima kilogram cacing
per minggu. Akan tetapi, kini, dia bisa memproduksi hingga tujuh ton cacing
tanah per bulan. Omzetnya pun meningkat pesat. Dalam sebulan Adam bisa
mengantongi sekitar Rp 300 juta.
Adam bilang, ia
butuh proses cukup panjang untuk bisa menemui kesuksesan seperti saat ini.
Setelah memasok cacing untuk beberapa tempat pemancingan di Malang, Adam
semakin giat meningkatkan produksi. Nama Adam pun mulai dikenal penduduk
Malang. Ia bahkan disebut-sebut orang sebagai Bapak Cacing.
Pada 2011 ia
mendapat order untuk memasok cacing oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur.
Sayang, Adam belum bisa langsung menyanggupi. Pasalnya, produksi cacingnya per
bulan belum mencapai satu ton, seperti permintaan Dinas Perikanan itu.
Tak hilang akal,
Adam menularkan ilmunya ke orang lain. Dia melakukan sosialisasi soal cacing ke
masyarakat di sekitar Malang, sekaligus mengajak mereka untuk ikut
membudidayakan cacing. “Saya ajak mereka untuk datang ke Rumah Cacing, lalu
saya ajari cara beternak cacing,” ucap dia.
Di awal, usaha ini
belum berbuah banyak. Hanya ada dua orang yang mau bergabung dengan Adam. Lalu,
Adam mengembangkan sistem plasma dengan lebih terkoordinasi. Dengan sistem
plasma, siapa pun yang bergabung akan mendapat pelatihan dari Rumah Cacing.
Selanjutnya, Adam akan membeli hasil panen cacing dari anggota plasma.
Sampai saat ini,
Adam sudah memiliki sekitar 1.600 anggota plasma. Namun, tidak semua anggota
bisa konsisten memasok cacing padanya. “Dari keseluruhan jumlah anggota,
sekitar 700 orang aktif menjual hasil panennya pada saya,” kata dia.
Suami Heni Nur
Rahmania ini bilang, dalam sehari bisa disambangi sekitar 100 orang yang ingin
belajar budidaya cacing. Adam menuturkan, budidaya cacing sebenarnya sangat
gampang. Lagipula tingkat keberhasilan budidaya cacing hampir 100 persen.
Hanya, informasi mengenai peluang budidaya cacing masih tergolong sedikit.
Sejauh ini, Adam
tak menemukan penyakit atau hama yang mengganggu pertumbuhan cacing. “Kalau
sudah tahu peluang usahanya pasti tertarik karena mudah,” tandas dia.
Selain mengandalkan
pasokan dari anggota plasma, Adam pun masih terus memproduksi cacing. Bedanya,
sekarang ia sudah memperkerjakan delapan orang karyawan. Kandang cacing pun
sudah tak menggunakan kotak kayu lagi. Adam membangun 100 kolam yang dibuat
dari batubata. Sekarang, Adam jadi pemasok utama cacing tanah untuk Dinas
Perikanan Provinsi Jatim. Ia juga masih melayani penjualan kepada para pemilik
usaha pemancingan dan pengusaha perikanan.
Pengusaha tak bisa berhenti
Menanggalkan
status karyawan di perusahaan besar bukan hal mudah bagi Abdul Azis Adam
Maulida. Kedua orangtuanya sempat menentang. Maklum, mereka bekerja sebagai
pegawai negeri sipil. Jadi ketika Adam mengungkapkan keinginan untuk menjadi
pengusaha, langsung tak mendapat respons baik dari orangtuanya.
Namun tekad Adam
sudah bulat, meski dia sadar, usahanya tak langsung besar dalam sehari.
“Setidaknya saya keluar dari sistem perusahaan dan bisa menciptakan sistem saya
sendiri dengan potensi yang saya punya,” tutur Adam.
Dia berpesan,
pengusaha harus terus berkembang. Tak ada lagi batasan yang menghalangi untuk
berkembang selain diri sendiri. “Pelajari dulu peluang usaha. Kalau memang
bagus, terus kembangkan, jangan berhenti karena pengusaha tak boleh mandek,”
tegasnya.
Adam menegaskan
peluang berbudidaya cacing masih sangat terbuka. Pembeli cacing sangat beragam,
mulai pengusaha perikanan, peternak unggas hingga industri kosmetik dan
farmasi. Tahun ini, Adam ingin menyasar industri farmasi. Namun, dia ingin
membenahi produksinya sebelum memasok pasar baru. “Saya akan menambah anggota
plasma untuk mendongkrak produksi,” ucap dia.
Adam menambahkan,
dari budidaya cacing, ia bisa mengembangkan banyak potensi bisnis yang lainnya.
Sejauh ini, Adam sudah merintis berbagai usaha yang masih berhubungan dengan
bisnis utamanya. Misalnya saja, kebun jahe organik yang dikembangkan dengan
pupuk dari kotoran cacing.
Selain
itu, dia memiliki peternakan kambing, ayam, dan empang ikan yang akan
mengonsumsi cacing untuk penggemukan. “Saya ingin kembangkan lebih banyak lagi
dan saya juga memotivasi anggota plasma untuk sama-sama berkembang,” ungkap
dia. Sumber : kompas.com
Baca juga :
- Cara Budidaya Cacing Tanah Lumbricus Rubbellus
- Cara Mebuat Media Budidaya Cacing Tanah Lumbricus
- ManfaatCacing Tanah Lumbricus Rubbellus
Advertisement